CAKRAMANGGILINGAN

berputar, mengikuti yang sudah ditetapkan

Urusan perut

Tidak ada pahlawan yang beraksi dengan perut kosong.

Demikian salah satu kutipan yang pernah saya baca di majalah Intisari Edisi Agustus 1999. Saya membacanya di sela-sela menanti bunyi bel masuk kelas les Bahasa Inggris di tempat pak Hari di Wonosobo sewaktu SMA.

Menilik kalimat tersebut, saya penasaran dan membayangkan sejumlah tokoh pahlawan dalam film, seperti Wiro Sableng, Si Buta dari Gua Hantu, Samson, Batman, Superman, siapa lagi ya….. Dalam cerita, mereka selalu siap beraksi membela kebenaran bukan. Nah, pasti tidak pernah lapar. Peter Parker yang menjelma sebagai Spiderman saja yang notabene kehidupan sehari-harinya serba pas-pasan, terlihat tidak pernah kelaparan ^_^.
Saya sih memang bukan pahlawan. Tapi saya merasa seperti pahlawan bagi diri saya sendiri. La ya tentu saja. Coba, kalau saya ogah bangun pagi-pagi, ogah mandi, gak makan, pasti saya tidak hidup dann menjadi saya sampai dengan sekarang. Maka, saya adalah pahlawan bagi saya sendiri. Singkatnya, mencintai diri sendiri. Dan kalimat di atas betul adanya bagi saya yang pahlawan (narsis). Entah mengapa, otak saya mogok berfikir atau jadi kacau sistem analisisnya kalau perut saya lapar. Apalagi kalau rasa laparnya sudah memuncak dan naik sampai ujung tenggorokkan. Tanya kenapa?

Ya, artinya saya lapar.

Jadi inget salah satu teman saya di Jogja. Ketika kami sama-sama kuliah, makanan favorit teman saya itu, mi ayam. Suatu ketika kami makan mi ayam bersama. Seperti pada umumnya, mi ayam dibumbui kecap dan saos tomat dalam botol kaca besar yang tidak bermerk. Lalu sebagai ekstra flavor, ditambahkan sambal. Tidak tanggung-tanggung, lima sampai enam sendok penuh sambal dimasukkan ke dalam semangkuk mi ayam.

we, wetengmu kok ampuh je!“, kataku

wis, mangan sik wae. Ngko tak critani.

Sembari menikmati mi ayam yang luar biasa nikmatnya, teman saya sesekali masih menambahkan sambal. Bahkan pot berisi sambal di meja makan kami sudah hampir ludes. Sesekali itu juga, saya geleng-geleng membayangkan rasa pedas mi ayam temn saya.

pedes ra?” tanyaku penasaran

he em” begitu jawabnya singkat sambil terus sibuk mengunyah dan menelan.

Meski mungkin sangat pedas luar biasa, teman saya menikmati setiap suapannya. Selesai tugas kunyah-mengunyah. Teh hangat manis diserutup sedikit demi sedikit untuk memadamkan rasa pedas pada lidah. Lima menit kemudian,

wah, wareg cah. Alhamdulillah.” katanya sambil mengelus perutnya.

meh cerito opo ki mau?

oh” katanya teringat sesuatu. Lalu mengubah sedikit posisi duduknya, memberi ruang pada perutnya yang tertekuk.

duitku ki sithik cah. Ben ngirit, jajan wae mi ayam. Ke’i lombok sing okeh. Pedes sak pol-e. Ngko nak sedino wetengku anteng.

he?!” reaksi saya penuh tanda tanya.

opo hubungane cah?” lanjut saya penasaran.

wo, yo ono. Mi ne ki neng njero melar dewe, cah. Nju nyatane aku ra luwe ki sedino hehehe..” jawabnya ringan ditutup dengan gaya mrengesnya.

Hari ini, mengikuti intuisi pribadi dan inspirasi salah seorang teman tentang oseng-oseng mercon, saya memasak oseng-oseng mercon. Lombok merah 12 buah dan hijau 2 buah. Ada kubis di kulkas, maka saya masukkan saja cacahan kubis. Lalu supaya seperti kikil (karena tidak tersedia kikil), saya rajang ketimun. Logika saya, kalau ketimun dimasak, pasti jadi kenyal. Asal sambil mengunyak ketimun, membayangkan kikil, pasti rasanya akan mendekati ^_^.

Menikmati makan siang saya dengan oseng-oseng mercon yang amboi pedasnya. Berkali-kali menyuapkan nasi putih dan menyeruput teh panas untuk melawan rasa pedasnya. Perut saya, aman. Tidak ada gejolak. Saya makan siang pukul 12 siang tadi. Biasanya saya sudah merasa lapar pukul 18.30 kemudian. Berharap perut saya anteng dan merasa tidak lapar, paling tidak sampai pukul 22.00 karena mau lembur. Ternyata 17.00, saya sudah lapar lagi. Ingin buru-buru pulang dan menikmati cerianya oseng-oseng mercon saya, hehehe. Berarti hasil pada teman saya itu, tidak terjadi pada saya. Sebaliknya, oseng-oseng mercon menghantui pikiran saya sejak sore ini.

Maka, mari pulang, menghadapi oseng-oseng mercon, lalu menari pedas bersama-sama ^_^

 

(Student room, Field Science Center – 8 Sept 2014 – 18.54)

Leave a comment

Information

This entry was posted on September 8, 2014 by in Special.