Rio de Jenairo, sang Tuan Rumah

Setiap atlet datang jauh-jauh tentu membawa misi yang sama, yakni bermain yang terbaik dan memenangkan medali. Sebagai tuan rumah, warga Rio de Jenairo dan seantero Brasil pun menaruh harapan besar supaya atlet-atletnya meraih medali. Maka, tidak heran jika mereka berbondong datang ke arena pertandingan dan bersorak untuk atlet negaranya yang tengah bertanding. Kalau sudah demikian, atlet-atlet negara lain yang melawan atlet perwakilan Negara Brasil merasa harus melawan pendukung tuan rumah yang hadir juga. Cukup riuh lo teriakan mereka memberi semangat. Buat saya, mengganggu ^^

Masashi Ebinuma (Jepang) – Charles Chibana (Brasil)

 

Bagi beberapa atlet, kondisi demikian bias jadi sangat mengganggu konsentrasi sehingga menurunkan mental bertandingnya. Tapi banyak yang memiliki motivasi dan konsentrasi yang cukup tinggi, sehingga seriuh apapun pendukung tuan rumah, konsentrasinya tidak goyah. Contoh atlet yang tidak goyah konsentrasinya adalah Masashi Ebinuma (Jepang) ketika melawan Charles Chibana (Brasil) di 32 besar dan Nakamura Misato (Jepang) saat melawan Miranda Erika (Brasil) di perebutan medali perunggu pada cabang olah raga Judo. Sedikit saja atlet Brasil bergerak, pendukung bersorak riuh. Sebaliknya, jika atlet Jepang menang posisi, mereka tak enggan bersorak, “huuuuuuu!” pada atlet Jepang. Tapi, kedua atlet Jepang sama sekali tidak peduli. Mereka terlihat terus berkonsentrasi dan bertanding. Sebagai hasilnya, kedua atlet Jepang memenangi pertandingan. Lalu, apakah penonton bersorak “huuuuu!” lagi kepada atlet Jepang? Tidak. Mereka meninggalkan kemenangan Jepang, kemudian berdiri dan bertepuk tangan untuk atlet-atletnya. Menurut saya, standing applause mereka mengandung makna, “terima kasih sudah berusaha yang terbaik. Kami bangga padamu.” Dan mungkin mereka juga memberi selamat atas kemenangan Jepang.

Respect is the word to express. Terima kasih pendukung tuan rumah, saya belajar menerima kekalahan dan menghormati.

(Rio 2016, Agustus 8)